Minggu, 25 Desember 2011

Pelajaran Hidup


Ku dapatkan hikmah pada hari ini, hikmah yang akan membuat ku merasa menjadi makhluk yang paling bersyukur karena berada pada kondisi yang cukup berada dan aman, karena pada hari ini, Allah memberikan kesempaan kepada ku untuk berkumpul bersama saudara-saudaraku para korban bencana merapi di shelter pengungsian. Betapa sederhananya keadaan mereka, dengan tempat tinggal yang seadanya, kamar mandi seadanya, fasilitas-fasilitas yang seadanya dan masyarakat yang seadanya pula, ku lihat dan ku perhatikan mereka begitu tabah dan sabar atas apa yang Allah ujikan kepada mereka, keceriaan juga masih tampak di wajah anak-anak itu.

sempat ku berbincang dengan seorang yang sudah begitu sepuh, yang menurutku beliau lebih layak untuk beristirahat dan menikmati masa tuanya, namun yang terjadi dengan kegigihan beliau, dengan ketekunan beliau, dengan kesabaran beliau pula, aku dapat mengetahui bahwa ternyata beliau dengan keadaan seperti itu masih bertani di sawah, sungguh keadaan yang tidak aku inginkan terjadi pada diriku kelak. Namun ku tak harus demikian, karena semua itu adalah pilihan, apa yang dilihat belum tentu sesuai apa yang dirasakan, mungkin dengan beliau bertani beliau dapat melupakan kejadian yang mengerikan itu.
 Ku coba bertanya kepada beliau tentang tempat tinggalnya sebelum bencana itu datang, beliau pun menceritakan semua yang terjadi, bahwa sebenarnya beliau adalah orang yang dikatakan cukup mapan dengan sepuluh ekor sapi yang beliau ternak dan rumah yang lumayan luas serta tanah yang berhektar yang beliau miliki, namun semua itu telah menjadi kenangan bagi beliau, karena pada saat ini itu semua telah menjadi abu dan rata dengan tanah. Secara naluriah manusia pasti akan merasakan kekecewaan dan kesedihan yang amat dari kejadian itu, namun yang terjadi dengan beliau ternyata tidak demikian, beliau masih menyimpan senyum semangat untuk bangkit, menghilangkan perasaan buruk yang hanya akan membuat manusia yang sedang di beri cobaan untuk menyerah dengan keadaan.
 Ku sempat berceloteh juga tentang kesabaran pada beliau, namun yang terjadi beliau lah yang tanpa secara langsung mengajarkan kesabaran kepadaku, ku pula berceloteh akan apa yang dimiliki kita adalah titipan-Nya, namun beliau juga yang sebenarnya menegaskan celotehan ku. Karena sungguh beliau bersabar dan menerima segala uji yang Allah berikan kepadanya, sedangkan aku pada dasarnya belum tentu mampu untuk meniru seperti beliau.
Sungguh sosok orang tua yang luar biasa, tanpa beliau sadari, beliau menjadi inspirasiku untuk menulis celotehan yang gak jelas ini, namun inilah ungkapan dari hati yang ingin aku ceritakan pada diriku sendiri agar apa yang terjadi pada diriku tidak menjadikan diri ini terpuruk dan merasa menjadi manusia yang paling rugi, karena sesungguhnya aku masih maenjadi manusia yang beruntung. Terima kasih pak tua yang telah mengajarkan langsung arti kesabaran dan penerimaan dalam setiap ujian hidup ini. Orang bilang pengalaman adalah guru yang paling berharga, maka aku tambahkan kalau guru yang berharga itu tidak harus terjadi pada diri sendiri, namun dari keadaan orang lainpun bisa menjadi guru yang berharga pula.

2 komentar:

Pendidikan Sosiologi mengatakan...

membuat kita selalu bersyukur akan karunia tuhan,, laike this

maulananazer mengatakan...

yupz, betul bgt bang..

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Facebook Themes